Kisah Bocah Cilik Pemanjat Tebing Asal Bukittinggi

Artikel terkait : Kisah Bocah Cilik Pemanjat Tebing Asal Bukittinggi

Kisah Gina, Pemanjat Tebing Cilik dari Bukit Tinggi

POSMETRO INFO-Ada pemandangan menarik di Tebing Parang, Purwakarta, pada akhir pekan lalu. Di antara dua atlet pemanjat tebing yang sedang coba mencapai tujuh puncak tertinggi di dunia, Apriani Arun (29) dan Adi Yono (28), ada seorang anak perempuan yang bersemangat menjajal panjat tebing.

Namanya Regina Putri. Ia sudah tiba terlebih dahulu di sana bersama ibunya, Rima Sylviana, sebelum rombongan wartawan datang. Anak ini masih berusia empat tahun namun kegemarannya kepada olahraga ekstrem atau alam terbuka sudah terlihat sedari belia.

Gina, begitu ia dipanggil, merupakan anak pertama dan satu-satunya dari Putra Setiawan dan Rima Sylviana. Putra, ayah Gina, adalah seorang pegawai swasta, sementara sang ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Orang tua Gina pada saat duduk di bangku kuliah bergabung di organisasi pencinta alam kampus, MPA Aranyacala Trisakti. Keduanya yang menurunkan rasa cinta alam terbuka pada Gina.

"Waktu mau naik ke tempat panjat tebing Gunung Parang, dia (Gina) naik sendiri  ke tempat jalur manjat, saya tidak gendong. Ampun, kebanyakan berhenti," ucap Rima.

Banyak berhenti bukan karena kelelahan, melainkan rasa penasaran Gina yang begitu tinggi.

"Gina tanya, 'Ini binatang apa, Mama? Kok dia begini? Kok begitu? Ini daun apa, Mama? Ini lobang apa, Mama?' Banyak deh dia tanya-tanya," ucap Rima.

Keberanian Gina memanjat tebing alam muncul usai mencoba tebing papan untuk anak-anak di acara Indofest pada awal April kemarin di Senayan, Jakarta.

Tebing di Gunung Parang adalah tebing Alam pertama yang Gina panjat. Walau tak sampai puncak, namun setidaknya di umur yang masih sangat muda Gina sudah berani memanjat hingga ketinggian sekitar 3-4 meter.

"Ada kodok, takut," ujar Gina ketika langkahnya terhenti untuk memanjat lebih tinggi di tebing Gunung Parang karena ada seekor kodok kecil yang terselip diantara bebatuan tebing.

Sebelumnya ketika Gina berusia dua tahun sembilan bulan, ia sempat diajak Rima ke Lembah Harau. Namun pada saat itu Gina datang hanya untuk menonoton.

Bakat Gina dan perilakunya yang aktif juga diakui Galih Nala Ramadhan, mahasiswa pemanjat tebing yang merupakan junior Rima di MPA Aranyacala Trisakti.

"Kenal sama Gina dulu masih kecil banget, masih digendong di punggung mamanya kalo dibawa kemana-mana. Jalan sama Gina dulu pas hari bumi tahun lalu kalau tidak salah. Kalau di kota dia pendiam, beda 180 derajat kalo lagi jalan-jalan di alam," ujar mahasiswa jurusan pertambangan tersebut.

Gina tinggal di Bukittinggi, Sumatra Barat. Nuansa di sana yang alami menjadikannya anak yang suka bermain di alam bebas, ketimbang menjadi 'anak mall' seperti kebanyakan yang tinggal di perkotaan.

"Awal-awal Gina mulai suka alam itu palingan waktu diajak sepedaan atau trekking dari rumah ke Ngarai Sianok, pas umurnya sudah satu tahunan. Kalau gunung pertama yang Gina bener jalan ke puncak dan kemping itu Papandayan. Kalau cuma trekking dan kemping-kemping saja, paling sering ke kaki Gunung Marapi," tutur Rima.

Selain naik Gunung Papandayan dan Marapi, Gina juga sudah pernah Rima bawa ke Gunung Singgalang (Bukittinggi), Pengunungan Halimun, Trusmadi (Sabah), Prau, serta Bromo.

"Kalau ke Halimun itu kami jalan tahun kemarin, persiapan untuk kami ke Trusmadi. Jalur Trusmadi itu maknyos banget deh, naik turun.

"Terakhir sebelum ke Jawa, kami nemenin temen yang lagi 40 hari keliling Sumatera seperti Sumatra Barat, Medan, Aceh, dan Sabang saja. Backpacker," cerita Rima.

Membawa anak kecil yang usianya masih balita diakui Rima bukan hal mudah. Selama ini saat mendaki, Gina lebih banyak digendong dengan menggunakan tas khusus. Tas tersebut dilengkapi dudukan untuk seorang anak di punggungnya, sehingga tak membuat repot sang pendaki.

Apabila mesti menginap, Rima akan membawa tenda yang ultralight (ringan) dan matras aluminiumfoil agar beban bawaannya tidak terlalu berat.

"Gina itu kalau disuruh jalan, rusuh. Apalagi kalau ada daun berserakan, dijadikan alas tidur sama Gina," katanya.

"Dia perdana jalan itu di Marapi dua bulan yang lalu. Baru sanggup dua jam naik dan dua jam turun, enggak menginap dan enggak sampai puncak. Selama ini kami tidak mengejar puncak, karena lihat situasi cuaca, medan yang dilalui, dan kondisi tim."

Sebetulnya hobi mengarungi alam merupakan kegemaran Rima. Rima yang bosan di rumah merasa bersyukur memiliki anak yang juga suka dengan kegiatannya di ruang terbuka.

"Mumpung belum hamil lagi, jadi kami jalan-jalan terus. Pas pula kebetulan ketemu teman lain yang mau diikuti sama kami. Ya kami ikut jalan deh."

Di usia yang masih empat tahun, Gina masih belum mengerti akan konsep cita-cita. Akan tetapi  keberanian dan ketertarikannya kepada alam bebas dan olahraga ruang terbuka tentu bukan sesuatu yang biasa ada di era modern seperti sekarang ini.

Oleh karena itu, Rima pun mulai was-was dengan Gina yang suka nonton televisi dan sudah kenal dengan telepon pintar. Ia tak ingin anaknya terlalu larut beraktivitas di dalam rumah.

"Karena itu kami seimbangkan dengan main ke alam lah. Takut juga baca-baca ulasan tentang dampak negatif gadget buat balita," ucapnya.

"Kalau sudah besar nanti mau jadi apa, ya terserah dia aja. Yang penting ahli di bidang yang dia pilih.(i)

Artikel muslimnetwork2u Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 muslimnetwork2u | Design by Bamz